Jual beli hukumnya boleh berdasarkan dalil-dalil Al-Qur'an dan sunnah, serta ijma’. Adapun dalil Al-Qur'annya, firman Allah,
“Allah telah menghalalkan jual beli." (al-Baqarah:275)
"Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli." (al-Baqarah : 282)
"Kecuali dalam perdagangan yang berlaku qtas dasar suka sama suka di antara kamu." (an-Nisaa:29)
"Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu; sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu," (al-Baqarah: 198)
Adapun dalil dari sunnah, di antaranya sebagai berikut. "Nabi pernah ditanya tentang usaha apa yang paling baik itu? Beliau menjawab,”Usaha seseorang dengan hasil jerih payahnya sendiri dan berdagang yang baik." Maksudnya, berdagang yang tidak mengandung unsur penipuan dan kebohongan. "Jual beli yang sah adalah jual beli yang berdasarkan kerelaan.” Rasulullah saw. sendiri diutus ketika semua orang biasa melakukan perdagangan, lalu beliau tidak melarangnya bahkan menetapkannya dengan bersabda "Pedagang yang jujur dan amanat akan bersama para nabi, ash-shiddiqiin (orang-orang jujur), dan para syuhada." (HR Tirmidzi, hadits ini adalah hadits hasan)
Terakhir, dalil dari ijma' bahwa umat Islam sepakat bila jual beli itu hukumnya boleh dan terdapat hikmah di dalamnya. Pasalnya, manusia bergantung pada barang yang ada di orang lain dan tentu orang tersebut tidak akan memberinya tanpa ada imbal balik. Oleh karena itu, dengan diperbolehkannya jual beli maka dapat membantu terpenuhinya kebutuhan setiap orang dan membayar atas kebutuhannya itu.
Manusia itu sendiri adalah makhluk sosial, sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya kerja sama dengan yang lain. Pada prinsipnya, dasar hukum jual beli adalah boleh. Imam Syafi'i mengatakan, "Semua jenis jual beli hukumnya boleh kalau dilakukan oleh dua pihak yang masing-masing mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali iual beli yang dilarang atau diharamkan dengan izin-Nya maka termasuk dalam kategori yang dilarang. Adapun selain itu maka jual beli boleh hukumnya selama berada pada bentuk yang ditetapkan oleh Allah dalam kitab-Nya, sepeti dalam firman-Nya,
“Allah telah menghalalkan iual beli.” (al-Baqarah:275)
“Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli; (al-Baqarah:282 ) “Kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu." (an-Nisaa:29)
Referensi: Kitab Fiqh Islam wa Adillatuhu - Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
0 Komentar