Niat dan
Keikhlasan dalam Berpuasa
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله الذي أنعم علينا بنعمة الإسلام، وهدانا
إلى طريق الاستقامة، ووفقنا لصيام شهر رمضان، ونسأله سبحانه أن يجعلنا من عباده
المخلصين. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده
ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد:
Dikisahkan bahwa pada suatu malam
di bulan Ramadhan, Rasulullah ﷺ
membangunkan keluarganya untuk sahur dan bersabda:
"Sesungguhnya dalam sahur
terdapat keberkahan, maka janganlah kalian meninggalkannya." (HR.
Bukhari No. 1923, Muslim No. 1095)
Seorang sahabat bertanya, "Ya
Rasulullah, bagaimana agar puasa kami diterima oleh Allah?" Maka
beliau menjawab:
"Sesungguhnya setiap amal
tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan
niatnya." (HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907)
Dari kisah ini kita memahami
bahwa niat adalah ruh dari ibadah, dan keikhlasan adalah kuncinya. Tanpa niat
yang benar dan keikhlasan, ibadah puasa hanya menjadi sekadar menahan lapar dan
dahaga.
1. Dalil Al-Qur’an tentang
Niat dan Keikhlasan
Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
"Padahal mereka tidak
diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas dalam menjalankan
agama dengan lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya
menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan pentingnya ikhlas dalam beribadah,
termasuk dalam berpuasa. Puasa yang dilakukan tanpa niat dan keikhlasan tidak
akan bernilai di sisi Allah.
2. Keutamaan Niat dalam Puasa
a. Niat Adalah Pembeda Antara
Ibadah dan Kebiasaan
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya setiap amal
tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang
ia niatkan." (HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907)
Dalam kitab Fathul Bari,
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan pentingnya niat
dalam membedakan antara ibadah dan kebiasaan sehari-hari. Makan sahur,
misalnya, bisa menjadi ibadah jika diniatkan sebagai persiapan untuk berpuasa.
b. Waktu dan Lafal Niat Puasa
Para ulama sepakat bahwa niat
puasa wajib dilakukan sebelum fajar, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
"Barang siapa yang tidak
berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya." (HR.
An-Nasa’i No. 2331, Ibnu Majah No. 1700, Shahih menurut Al-Albani)
Ulama madzhab Syafi’i berpendapat
bahwa niat puasa wajib dilakukan setiap malam, sedangkan menurut Imam Malik dan
Imam Ahmad, boleh dilakukan di awal Ramadhan untuk satu bulan penuh.
3. Keutamaan Keikhlasan dalam
Puasa
a. Puasa yang Ikhlas Dibalas
Langsung oleh Allah
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis
qudsi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
"Setiap amal anak Adam
adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku
sendiri yang akan memberikan balasannya." (HR. Bukhari No. 1904,
Muslim No. 1151)
Dalam Syarh Shahih Muslim,
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa keistimewaan puasa terletak pada
keikhlasannya, karena puasa tidak bisa dipamerkan seperti ibadah lain.
b. Keikhlasan dalam Puasa
Menjadi Penghapus Dosa
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa yang
berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari No. 38,
Muslim No. 760)
Menurut Imam Al-Ghazali dalam
kitab Ihya’ Ulumuddin, keikhlasan dalam berpuasa akan membawa seseorang
kepada maqam (derajat) yang tinggi di sisi Allah.
4. Cara Menjaga Niat dan
Keikhlasan dalam Puasa
- Memulai puasa dengan niat yang benar – Tidak
hanya untuk menggugurkan kewajiban, tetapi juga untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
- Menjaga dari riya’ – Tidak berpuasa karena
ingin dipuji atau dihormati orang lain.
- Menghindari hal-hal yang mengurangi pahala puasa
– Seperti ghibah, dusta, dan perbuatan maksiat lainnya.
- Meningkatkan amal ibadah – Seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan sedekah agar puasa semakin bernilai.
Niat dan keikhlasan adalah inti
dari ibadah puasa. Tanpa niat, puasa tidak sah. Tanpa keikhlasan, puasa tidak
bernilai di sisi Allah.
Maka, marilah kita menjalani
puasa dengan penuh keikhlasan, hanya mengharap ridha Allah semata. Semoga Allah
menerima amal ibadah kita dan menjadikan puasa ini sebagai sarana untuk meraih
ketakwaan dan keberkahan.
آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ.
0 Komentar